Jumat, 19 Juni 2009

DAERAH PESISIR PANTAI DESA TABANIO............
Abrasi tak Terelakkan Lagi................!!

PanTai...!
Apa yang kamu pikirkan jika kamu mendengar kata pantai????
Ehm....tentu yang terekam adalah suatu kondisi atau suasana yang indah, menarik, seru, tempat santai, rileks, dan tempat untuk bersenang-senang sepanjang waktu dengan ditemani debur ombak, sepoi-sepoi angin laut, dan keindahan suasana sunset.

Yupz.....mungkin memang benar bayangan kamu tentang keadaan pantai yang seperti itu. Tapi, itu kalau pantai tersebut adalah pantai untuk daerah rekreasi atau daerah pariwisata, mungkin akan seperti itulah keadaan yang tampak.

NaMUN, Lain halnya jika pantai yang dimaksud adalah pantai yang bukan difungsikan atau dimanfaatkan untuk daerah pariwisata atau rekreasi, melainkan pantai kosong yang tidak dimanfaatkan dan hanya sebagai tempat para nelayan melabuhkan perahu-perahu mereka.
Nah, tentu bertolak belakang dengan apa yang kamu dan saya pikirkan, bukan??!





Coba lihat gambar pantai di atas!
Seperti itulah kondisi pesisir pantai di Daerah Tabanio yang beberapa waktu lalu telah kami kunjungi. Sungguh sangat jauh dari bayangan kita tentang keadaan pantai yang semestinya.
Pemandangan yang tampak dari daerah pesisir pantai Tabanio ini sangat tragis. Bagaimana tidak, hampir seluruh bagian dari pantai ini terkikis karena ABRASI PanTai yang terjadi sehingga menyebabkan pantai ini hampir hilang dan jika hal ini terus-menerus dibiarkan, mungkin daerah Pantai Tabanio ini akan hilang sama sekali.Seperti yang kita ketahui, abRasi itu sendiri adalah suatu proses perubahan bentuk pantai atau erosi pantai yang disebabkan oleh gelombang laut, arus laut, dan pasang surut air laut. Sehingga, jika pantai ini terus dibiarkan digerus abrasi tanpa ada penanganan lebih lanjut akan menyebabkan kerusakan yang parah yang dapat berakibat hilangnya daerah pantai tersebut.


Pada gambar di atas, dapat kita lihat bersama bahwa pada bagian bibir pantai luasannya semakin kecil, air lautnya pun tidak jernih dan cenderung sangat keruh. Mungkin jika anda lihat pada bibir pantai akan nampak bersih. Tapi jika kalian lihat lebih ke atas pada bagian yang mengarah ke daratan, pemandangannya akan berubah. Pemandangan yang tampak tidak sebagus daerah bibir pantainya. Pada bagian daratannya, banyak sisa-sisa pohon yang tumbang dan rusak. Selain itu juga banyak sekali kotoran-kotoran hewan ternak yang tersebar diseluruh pesisir pantai.





DAMPAK DARI ABRASI PANTAI.......

Banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari Abrasi ini, antara lain:
1. Menyebabkan penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pesisir pantai.
2. Jika ada tanaman seperti bakau contohnya, akan menyebabkan kerusakan pada bakau tersebut karena terpaan ombak yang di dorong angin kencang begitu besar.
3. Hilangnya tempat berkumpul ikan-ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau.



USAHA PENCEGAHAN ABRASI PANTAI ........

Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi diantaranya yaitu:
• Penanaman kembali hutan bakau
Yaitu melalui rehabilitasi lingkungan pesisir yang hutan bakaunya sudah punah, baik akibat dari abrasi itu sendiri atau karena pembukaan lahan tambak.



• Pelarangan Penggalian Pasir Pantai
Perlu peraturan baik tingkat pemerintah daerah maupun pusat yang mengatur pelanggaran pasir pantai secara besar-besaran yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.



• Pembuatan Pemecah Gelombang
Pemecah gelombang perlu dibuat didaerah-daerah pesisir karena dapat mengurangi kekuatan gelombang yang menerjang pantai



• Pelestarian Terumbu Karang
Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangi kekuatan gelombang yang sampai kepantai. Oleh karena ityu perlu pelestarian terumbu karang dengan cara membuat peraturan untuk melindungi habitatnya.

.


KURANGNYA KESADARAN DAN KEPEDULIAN DARI WARGA SETEMPAT!

Permasalahn yang ada di daerah pesisir Pantai Tabanio ini bukan hanya abrasi pantai yang terjadi. Jika kamu perhatikan sendiri keadaan pantai Tabanio ini, disana kamu akan melihat pemandangan yang kurang sedap untuk disaksikan.

Hal ini karena di sepanjang pesisir pantai tersebut di penuhi oleh kotoran-kotortan sapi dan kerbau warga yang setiap hari mencari makan di pesisir pantai tersebut. Selain itu, di kawasan pesisir pantai ini populasi tumbuhannya seperti pepohonn sangat kurang. Didaerah pantai ini, tumbuhan yang mendominasi adalah dari jenis perdu dan semak, dan rumput seperti kirinyu, karamunting, dan tapak liman. Di daerah pantai ini banyak sekali ditumbuhi oleh tumbuhan kirinyu dan sangat jarang pepohonannya seperrti kelapa contohnya, yang biasanya banyak terdapat di daerah pantai. Selain tanaman-tanaman tersebut, di daerah pesisir pantai ini juga di tanmai terong oleh warga.

Kirinyu



Karamunting



Terong


Jeruk / Limau


Tapak Liman

Tanaman-tanaman perdu dan semak lainnya yang tumbuh di pesisir pantai Tabanio









Disini, pohon kelapa jarang ditemukan kecuali di daerah daratan yang sudah agak jauh dari pantai. Sebenarnya, pohon kelapa di daerah pesisir pantai ini bukan langka, namun banyak yang tumbang dan mati karena pengaruh dari abrasi pantai yang terjadi dan juga ditebang warga.



PANTAINYA DIPENUHI KOTORAN HEWAN TERNAK...!!!!

Sebenarnya, pantai Tabanio ini lumayan nyaman untuk di jadikan tempat bersantai. Hanya saja karena kurangnya perawatan, membuat pantai ini terlihat amat buruk.

Hal ini mungkin karena memang dari awal mulanya pantai ini tidak diniatkan untuk menjadi tempat pariwisata sehingga masyarakat tidak peduli akan kebersihan dan kelestariannya. Buktinya saja, para warga malah menggembala sapi-sapi mereka di pantai ini, sehingga kotoran-kotorannya bisa kita jumpai hampir disetiap sudut pantai Tabanio ini.

Sebenarnya, tidak ada salahnya jika masyarakat ingin menggembala sapi-sapi mereka di Pantai ini. Tapi, alangkah baiknya jika sapi-sapi tersebut diikat ditempat yang banyak rerumputannya dan tidak dibiarkan berkeliaran agar kotorannya pun tidak menyebar kemana-mana. Dan alangkah baiknya lagi jika masyarakat punya sedikit kesadaran untuk membersihkan kotoran-kotoran tersebut karena itu adalah ternak mereka. Jadi, sudah menjadi kewajiban mereka untuk bertanggung jawab membersihkannya.

Pantai ini juga semakin rusak dan semakin habis karena terkikis akibat abrasi yang terjadi. Disini sangat terlihat bahwa masyarakat di sekitar Pantai Tabanio ini sama sekali tidak memperdulikan akan kelangsungan pantai mereka.

Namun, itulah manusia, sangat sulit untuk menyadarkan atau meyakinkan seseorang yang sudah tidak punya lagi rasa kepedulian.
Sebenarnya, dijadikan tempat pariwisata atau tidak masyarakat tetaplah harus menjaga pantai yang menjadi aset mereka, karena bisa kita bayangkan kerugian yang akan diterima akibat abrasi nantinya akan mereka juga yang menanggungnya. Jika dibiarkan terus, abrasi akan melahap habis pantai dan tentunya masyarakat yang bermukim di pesisir pantai akan kehilangan tempat tinggal karena rumah-rumah mereka tentunya akan rusak akibat gelombang air laut. Selain itu, mereka yang bekerja sebagai nelayan akan kehilangan tempat untuk berlabuh dan pastinya akan kehilangan mata pencaharian. Dan kotoran-kotoran ternak yang ada di pantai tersebut, Seharusnya mereka tahu apa dampak yang dapat ditimbulkan dari kotoran-kotoran tersebut, selain menimbulkan bau yang tidak sedap tapi juga dapat mengganggu kesehatan dan menyebabkan timbulnya penyakit.

Jika mereka bisa menggunakan akal pikiran mereka sendiri, kenapa tidak mereka coba untuk membuat pupuk dari kotoran-kotoran ternak tersebut. Sehingga, bukannya mereka merjasa membersihkan lingkungan pantai tapi juga mereka dapat menambah penghasilan dengan menjual pupuk-pupuk tersebut.

EGOIS,KERAS KEPALA, DAN KURANG PENGETAHUAN TENTANG ALAM.....!!!!!

Saat kami berkunjung ke Daerah pesisir Pantai Tabanio ini, kami sempat melakukan sedikit interview dengan masyarakat sekitar pesisir tersebut. Saat kami bertanya bagaimana kondisi abrasi yang terjadi di pantai Tabanio ini, salah seorang warga menjelaskan bahwa hampir setiap 1 tahun, kurang lebih lima depa (5 meter) pantai habis terkikis oleh abrasi dan katanya beberapa waktu yang lalu saat pemilihan ”CALEG” salah seorang kandidatnya menjanjikan akan membangun siring untuk menahan abrasi. Namun, mungkin karena tidak terpilih maka pembangunan tersebut gagal dilakukan.

Kemudian, saat kami tanyakan bagaimana jika abrasi ini semakin parah dan akhirnya dapat berujung pada rusaknya rumah-rumah warga pesisir. Apakah tidak ada tindakan warga untuk mengatasi masalah tersebut????Mereka hanya menjawab,”yah....terima nasib saja!”. Itulah yang mereka katakan.

Sungguh sangat miris jika warga berkata dan berpikir seperti itu, padahal yang mengalami musibah adalah tempat mereka sendiri, tempat hidup dan mencari makan. Benar-benar sangat minim rasa kepedulian dan kesadaran masyarakat pesisir Tabanio ini. Bagaimana bisa mereka membantu orang lain jika untuk diri mereka sendiri saja mereka enggan.





Jika kamu lihat foto di atas, batu-batu yang kami duduki tersebut adalah batu-batu yang disumbangkan oleh Caleg untuk pembuatan siring. Namun akhirnya tidak jadi atau gagal dilakukan karena Caleg tersebut tidak terpilih menjadi anggota legislatif.
Selain itu, bisa kamu lihat bangunan yang ada di belakang kami. Itu adalah salah satu sekolah yang ada di kawasan Pesisir pantai Tabanio yang mengarah persis ke laut. Tepat di hadapan kami adalah pantai Tabanio itu sendiri dan di sekeliling tempat kami ini banyak sekali kotoran-kotoran sapi yang yah.....lumayan cukup bau sih.......heee.....
Tapi, karena suasana pantai yang lumayan bisa membuat kami terhibur. Jadi, kami tidak terlalu menghiraukan hal tersebut.........hiiiii.........^^

DESA TABANIO.................Bagaimana kondisinya??????
Tabanio, Desa para Nelayan



Gambar di atas adalah gambar perahu-perahu nelayan yang biasanya di gunakan untuk mencari ikan di laut dan Sekarang mungkin sedang tidak digunakan untuk melaut. Oleh karena itulah, banyak yang di letakkan begitu saja di pesisir pantai Tabanio ini.

Tabanio hanyalah desa kecil di Kecamatan Tangkisung, Kabupaten Tanahlaut. Di peta kabupaten, lokasi desa di tepi Laut Jawa itu nyaris tak tampak. Apalagi pada peta besar Provinsi Kalsel. Tetapi, tidaklah sulit mencapai desa nelayan tersebut. Dari kota kabupaten, Pelaihari, Tabanio bisa dicapai dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan melintasi jalan beraspal sepanjang 23 km atau 83 km dari Kota Banjarmasin.
Memasuki Tabanio akan segera tampak ratusan kapal motor (KM) berbagai ukuran yang diparkir di anak-anak Sungai Tabanio. Kesibukan khas desa nelayan pun sangat mencolok, di sana para pemilik kapal beserta anak buah kapal (ABK) sibuk membersihkan palka. Sebagian lagi ada yang tengah menjahit rengge atau jaring tradisional mereka yang robek dihantam ranting kayu.
Dalam sebulan, para nelayan di Tabanio umumnya melaut selama 15 hingga 20 hari dan kemudian disusul beristirahat untuk bercengkerama dengan anak dan cucu.

DENGAN luas 62 kilometer persegi, Desa Tabanio saat ini dihuni sekitar 850 keluarga, 70 persen di antaranya nelayan tradisional. Mereka mulai melaut sejak 20-an tahun silam. Sebagian adalah generasi kedua atau ketiga yang mewarisi "profesi" ayah atau kakeknya, tetapi sebagian lainnya adalah nelayan generasi pertama yang tetap bertahan meski usia sudah tidak muda lagi.

Dari sisi ekonomi, nelayan tradisional Tabanio boleh dibilang hidup berkecukupan. Indikasinya, semua keluarga nelayan di desa tersebut memiliki kapal sendiri untuk sarana melaut. Selain kapal berbagai ukuran antara 10 hingga 15 GT (grosston), para nelayan Tabanio juga membuat sendiri alat tangkap tradisional rengge yang terbuat dari bahan nilon yang mereka anyam sendiri.

Semua biaya operasional melaut tanggungan pemilik kapal, termasuk bahan bakar minyak (BBM), bahan makanan, rokok, dan lain-lain. Saat ini, biaya operasional selama 15-20 hari di laut mencapai Rp 2,5 juta-Rp 3 juta. Padahal, sebelum krisis ekonomi yang berakibat pada kenaikan harga berbagai bahan kebutuhan pokok dan BBM, biaya operasional hanya sekitar Rp 1,5 juta.
Setelah dikurangi biaya operasional, hasil penjualan ikan tangkapan kemudian dibagi dua sama besar, juragan mendapat 50 persen, dan ABK mendapat 50 persen yang harus dibagi empat orang.
Kalau dirupiahkan, penghasilan nelayan Tabanio dalam sekali melaut relatif besar. Menurut sejumlah nelayan, sekali melaut mereka bisa mendapatkan penghasilan bersih, setelah dikurangi biaya operasional, sekitar Rp 20 juta. Juragan kapal mendapat bagian Rp 10 juta, sedangkan masing-masing ABK mendapat bagian Rp 2,5 juta.

Penghasilan sebesar itu memang baru berasal dari hasil penjualan ikan segar. Para pedagang dari berbagai daerah biasanya sudah menunggu di Pulau Marabatuan, Pulau Keramian, dan Pulau Masalembo, sehingga para nelayan biasanya pulang tanpa perlu membawa ikan segar.
Saat ini, jenis ikan yang paling laku dan dicari para pedagang adalah ikan tengiri, bambangan, telang, dan tungkul yang harganya antara Rp 10.000-Rp 15.000 per kg.

Ikan-ikan tersebut jarang sekali bersisa. Semuanya pada umumnya laku habis terjual. Kalaupun ada sisa ikan yang dibawa pulang ke kampungnya, biasanya tinggal ikan-ikan kecil atau jenis lain yang kurang diminati para pedagang. Sisa ikan ini pun masih memberikan penghasilan tambahan setelah dibuat menjadi ikan asin yang juga sudah punya pasar tersendiri, yakni pedagang dari Banjarmasin, Pelaihari, Martapura, dan Banjarbaru. Sebagian ikan asin dijual di tempat, tetapi sebagian lagi dikirim ke Jawa, Palangkaraya (Kalteng), dan Samarinda (Kaltim).

SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DESA TABANIO

Saat kami mengunjungi daerah pesisir Pantai desa Tabanio ini, kami menemukan salah satu Sekolah Dasar yang letaknya persisi di Badan Pantai yang mengarah ke laut. Sebenarnya, jira kita pikir-pikir tentu menyenangkan bisa relajar dengan ditemani hembusan angin laut dan suara gemuruh ombak-ombak. Namun, tidak demikian jika situasi disekitar lingkungan sekolah sangat kotor, tidak bersih, banyak kotoran hewan ternak, dan tidak rapi (untuk suatu kondisi sekolah biasanya).

Itulah kondisi yang ada di sekitar lingkungan sekolah dasar desa Tabanio ini. Coba saja bayangkan, bagaimana bisa kita berkonsentrasi jira tercium aroma yang kurang sedap. Selain itu, kondisi sekolahnya juga tidak terlalu baik. Bangunannya sudah tua dan ditambah lagi sekolah tersebut juga digunakan untuk tempat anak SLTA bersekolah disiang harinya. Jadi, dengan kata lain sekolah di pesisir pantai Tabanio ini dwi fungsi, pagi hari untuk anak-anak SD dan siang hari untuk anak SMP.

Kodisi lain yang tampak dari desa Tabanio ini adalah kurangnya sumber air bersih. Saat kami tanyakan dengan warga setempat bagaimana mereka memperoleh air bersih, warga mengatakan bahwa mereka memperoleh air bersih dengan cara membeli. Harga satu dirigen air bersih bernilai sekitar Rp.1.250,-. Memang cukup[ sulit untuk memperoleh air bersih di Desa Tabanio ini karena umumnya air yang ada adalah air payau yang tercampur air asin sehingga tidak bisa dikonsumsi untuk minum atau memasak.

PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DAERAH……………….

Seharusnya, pemerintah daerah harus lebih memperhatikan masalah Abrasi pantai yang terjadi. Sangat disayangkan jika salah satu pantai yang ada di Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan ini hilang atau punah begitu saja. Selain itu peran masyarakat juga tidak cala pentingnya karena jika tidak ada kesadaran pada diri masing-masing warga yang menghuni pesisir pantai tersebut untuk menjaga, melestarikan dan merawat salah satu warisan kekayaan alam yang ada, maka tidak akan ada gunanya. Pantai tersebut lama-kelamaan pasti akan hilang juga digerus abrasi yang ada.

Masyarakat harus bersatu dengan pemerintah daerah untuk memperbaiki dan menjaga pantai yang tersisa, yaitu dengan bekerjasama mebangun siring misalnya atau pemecah gelombang dan menanam hutan bakau agar mencegah abrasi semakin besar.

Seandainya masalah abrasi ini dapat ditangani dengan baik, hasilnya kemudian tentunya akan berimbas untuk masyarakat Tabanio juga. Masyarakat tetap bisa mencari ikan dan tidak akan kehilangan mata pencaharian.

Kita harus sadar bahwa, banyak sekali manfaat yang dapat kita peroleh dari pantai yang dapat kita nikmati, selain sebagai tempat untuk mencari makan, pantai juga berpotensi sebagai tempat untuk mencari hiburan dengan dijadikan tempat pariwisata seperti panatai-pantai yang sudah terkenal, contohnya Pantai Tangkisung dan Batakan. Jika kepedulian antara warga dan pemerintah telah tumbuh, tentu akan ada jalan keluar yang baik untuk daerah pesisir pantai Desa Tabanio ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar